Enter your keyword

Menguak Misteri Keilmuan Bisnis

togarDunia bisnis merupakan sendi kemajuan suatu bangsa yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat.  Bisnis menjadi pendorong utama pada berbagai peristiwa perang, politik, dan wacana yang bergejolak.  Tidaklah mengherankan bisnis banyak dicerca karena mencerai-beraikan dan dipuji karena memberikan kemudahan dan kesejahteraan.  Dunia bisnis juga sering dituduh penuh dengan tipu daya dan persekongkolan.  Namun banyak juga kalangan masyarakat yang kagum dan mendambakan kemajuan dunia bisnis yang dialami oleh negara-negara tetangga.  Dunia bisnis telah membawa perubahan bagaimana sumberdaya yang langka dikelola dengan efisien dan teknologi dapat dimanfaatkan dengan efektif.

Pada saat bisnis memasuki dunia perguruan tinggi, kecurigaan tetap terjadi apalagi dikaitkan dengan isu-isu komersialisasi pendidikan.  Pergulatan sejenis juga terjadi di ITB pada saat munculnya gagasan pendirian Fakultas Bisnis dan Manajemen.  Namun berkat nilai kejuangan Pimpinan ITB dan restu dari Senat Akademik dibentuklah Fakulyas Bisnis pertama di Indonesia.  Langkah perintisan ITB pada Tahun 2003 ini kemudian diikuti oleh universitas terkemuka Indonesia lainnya.

Bisnis sebagai rumpun Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang sejajar antara lain dengan teknik, arsitektur, dan transportasi telah ditetapkan pada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi Pasal 10 Ayat 2.  Penjelasan Pasal 10 Ayat 2 huruf f menyatakan bahwa bisnis termasuk rumpun ilmu terapan yang mengkaji dan mendalami ilmu bagi kehidupan manusia.  Bisnis adalah suatu lembaga yang terdiri dari manusia yang secara kolektif memberikan nilai tambah kepada para pelanggannya secara berkelanjutan.  Dengan demikian, ilmu bisnis adalah sekumpulan teori, model, standar, instrumen dan pengalaman dalam mendirikan, merancang, mengembangkan dan memperbaiki suatu entitas bisnis.

Ketentuan ini sangat sejalan dengan pemikiran ITB untuk melengkapi matra ITB menjadi empat yakni sains, teknik, seni dan bisnis.  Kehadiran bisnis sebagai salah satu cabang keilmuan memunculkan persoalan baru tentang pertanyaan terhadap sosok keilmuan bisnis itu sendiri.

Bisnis sebagai ilmu pengetahuan di Indonesia tidak dapat dipungkiri berasal dari ITB.  Jauh pada tahun enampuluhan, ITB telah melihat bahwa teknologi dan bisnis tidak dapat dipisahkan dan kemudian mendiirkan pendidikan Jurusan Teknik Industri pada Tahun 1970.  Keilmuan Teknik Industri yang menekankan pada sistem produktif berkembang pesat dan menjadi salah satu jurusan favorit pada tahun delapanpuluhan.  Pada awal tahun sembilanpuluhan, ITB mendapatkan amanah mengembangkan magister manajemen dalam bidang teknologi.  Magister Manajemen berbasis teknologi inilah yang menjadi cikal bakal Sekolah Bisnis dan Manajemen yang didirikan pada akhir Tahun 2003.  Saya beruntung dapat menjadi bagian perkembangan fakultas baru ini, sekembali dari pendidikan Doktor di Universitas Massey, Selandia Baru pada Tahun 2004.

Persoalan keilmuan bisnis juga menjadi polemik di kalangan perguruan tinggi di Indonesia khususnya berkaitan dengan keilmuan ekonomika dan administrasi bisnis.  Berbagai diskusi diselenggarakan di SBM ITB untuk membahas sosok keilmuan bisnis.  Kesimpulan yang diperoleh adalah bahwa keilmuan bisnis merupakan keilmuan yang sudah berkembang dan mandiri dan berbeda dengan keilmuan ekonomika.  Perdebatan menjadi semakin semarak saat Dikti melakukan pembenahan nomenklatur nama program studi.  Banyak pemikiran yang berseliweran yang masing-masing bertahan dengan argumentasinya yang bersifat sektoral dan imperialis.  Salah satu yang menjadi pertentangan keras adalah perebutan nama bisnis antara program studi administrasi bisnis dan manajemen bisnis.  Bukan hanya itu, masing-masing bidang merasa superior dengan menyatakan yang lainnya sebagai bagian dari keilmuannya.  Perdebatan juga terjadi dalam berebut kewirausahaan sebagai bagian dari administrasi bisnis atau manajemen.

Saya kemudian menerbitkan sebuah pemikiran pada kolom Pikiran Rakyat tanggal 15 Mei 2013 yang berangkat dari ontologi keilmuan bahwa bisnis adalah sebuah ilmu pengetahuan yang mandiri.  Hakekat bisnis dapat dibedakan berdasarkan dua dimensi, yaitu fokus misi yang dijalankan oleh suatu organisasi dan spesifikasi struktur yang membatasi perilaku bisnis dalam menjalankan misi tersebut.  Fokus misi adalah kewajiban capaian kinerja apakah pada suatu fase tertentu atau daur hidup organisasi.  Spesifikasi struktur adalah penjelasan tentang keadaan yang memampukan dan membatasi sebuah organisasi bisnis dalam menjalankan misinya.  Spesifikasi struktur dapat berupa keteraturan yang membentuk stabilitas melalui aturan atau keluwesan yang mempermudah penyesuaian terhadap perubahan.  Bila kedua dimensi orientasi misi dan spesifikasi struktur digabungkan maka membentuk empat jenis bidang-bidang kajian  atau pendekatan ilmu bisnis : manajemen (management), adminsitrasi (administration), kewirausahaan (enterpreneurship) dan kewiralayanan (stewardship).

Keempat bidang-bidang ilmu bisnis dapat dipadukan ke dalam suatu kerangka yang saling melengkapi dalam menjelaskan realitas bisnis.  Kajian administrasi dan manajemen dapat dikatakan telah mencapai kedewasaan, sementara kewirausahaan dan kewiralayanan tengah berkembang sebagai suatu disiplin ilmu mandiri.  Penyelesaian hegemoni jati diri bukanlah ditempuh dengan persaingan untuk menguasai bidang-bidang yang diminati pasar tetapi menentukan identitas yang membuka kesempatan sumbangsih yang lebih baik pada peningkatan mutu pendidikan dan pembangunan nasional.

Sekelumit cerita diatas memberikan suatu gambaran bahwa dosen merupakan bagian dari ITB yang merupakan pembawa bendera Bangsa Indonesia yang bertanggung jawab bukan hanya menguasai keilmuannya tetapi berkontribusi pada penyelesaian polemik yang berkembang di masyarakat.  Tanggung jawab ini termasuk pada semangat kejuangan untuk melakukan publikasi pemikiran di ranah internasional.  Bersama dengan perkembangan keilmuan bisnis dan SBM, saya pribadi juga turut berkembang.  Sejumlah penghargaan saya peroleh antara lain Highly Commended Award dari Emerald Literati Network (2006), Endeavour Award dari Pemerintah Australia (2008), Peneliti Berprestasi Bidang Seni dan Humaniora (2012) dari Rektor ITB dan Penghargaan ITB Bidang Penelitian Tahun 2015.  Saat ini, saya termasuk dalam peringkat 54 untuk Ilmuwan Indonesia versi Webometrics berdasarkan sitasi  Google Scholar pada Mei 2015.  Saya juga turut dalam tim pengembang SNI ISO 28000 untuk standar keamanan pada rantai pasokan di Komite Akreditasi Nasional (KAN).

Sumber : Buku Peringatan 95 Tahun Pendidikan Tinggi di Indonesia 1920 – 2015 (Berkembang Bersama ITB)