20 Tahun Mengabdi di ITB : Tak Kenal Maka Tak Sayang
Hampir dua dekade saya menghabiskan waktu di Kampus Ganesha. Berawal dari ajakan Pembimbing TA-ku untuk bergabung dengan Jurusan Teknik Lingkungan di pertengahan Tahun 1996. Masa-masa awal tidaklah mudah dilalui karena bersamaan dengan mengikuti Program Magister. Satu hal yang tidak akan terlupakan hingga sekarang, “jangan pernah terbersit di hati dan pikiran untuk menolak sesuatu hal, karena bisa jadi hal itulah yang akhirnya harus dijalani”. Berkecimpung dalam bidang Pengolahan Air Limbah secara biologi ternyata memang sudah menjadi garis hidup yang harus dijalani, walaupun sempat mencoba untuk menghindari, akhirnya ditekuni kembali saat menyelesaikan program S2, S3 hingga sekarang.
Ganesha Prize untuk Dosen Muda pada Tahun 2000, memberikan kesempatan untuk melakukan staff exchange di Delft University of Technology pada Department of Water Management (Sanitary Engineering Division) selama tiga bulan. Suatu pengalaman yang sangat bermanfaat bagi seorang staf muda untuk melihat dan membandingkan bagaimana akademik atmosfer di institusi lain. Tidak hanya itu, secara pribadi kegiatan ini sangat membantu persiapan melanjutkan pendidikan ke jenjang S3 di Universitat Karlsruhe (sekarang Karlsruhe Institute of Technology), Jerman, mulai dari studi literatur hingga mengurus administrasi. Ganesha Prize telah membuka pintu gerbang untuk menjelajah dunia yang lebih luas.
Kecintaan pada pekerjaan merupakan awalan yang sangat penting dalam meniti karier. Rasa senang akan memberikan energi yang luar biasa untuk terus berkarya dan melahirkan ide-ide baru. Meskipun terjun di Bidang Pengolahan Air Limbah secara biologi diawali dengan sedikit keengganan, seiring dengan waktu rasa suka berubah menjadi cinta. “Tak kenal maka tak sayang”. Bagaimana mungkin kita menyukai suatu hal kalau kita tidak mengenalnya. Terjun langsung merupakan cara yang paling efektif untuk dapat mengenal dan memahaminya. Kerikil dan batu sandungan tentu akan dijumpai, jalan berkelok dan berputar harus ditempuh, dengan rasa suka semua akan terasa ringan. Suasana kerja yang kental dengan semangat kolegial memudahkan interaksi dalam lingkungan sivitas akademika ITB. Menyelaraskan pekerjaan dengan hobi juga sangat membantu kita untuk menikmati apa yang kita lakukan.
Bidang Pengolahan Air Limbah secara biologi bukanlah hal baru di Kampus Ganesha, sudah banyak pendahulu saya yang mengembangkan hal tersebut. Singgungan dan irisan sering terjadi, memacu untuk selalu berpikir kreatif mencari sesuatu yang tersentuh. Perkembangan di bidang Pengolahan Limbah Industri dengan segala kompleksitas karakteristik air limbahnya merupakan tantangan dalam berkarya. Hal yang menarik perhatian adalah tidak mudahnya mencari solusi pengolahan air limbah yang kompak dan murah untuk membantu Usha Kecil Menengah (UKM). Keterbatasan sumberdaya pada UKM merupakan faktor pembatas dalam aplikasi teknologi pengolahan air limbah. Alternatif solusi teknis sudah banyak dikembangkan. Pendekatan sosial memegang peranan penting dalam pengolahan di sektor UKM untuk menjamin keberlanjutan sistem yang dibangun.
ITB sebagai salah satu institusi pendidikan teknik tertua di Indonesia, masih memiliki posisi terdepan di bidang IPTEKS. Situasi ini seringkali membuat kita terlena dengan keunggulan yang dimilikinya sehingga terkadang menjadi lengah. Sudah saatnya untuk lebih proaktif dengan menjemput bola, untuk menjawab kebutuhan masyarakat. Berbekal kemampuan kerekayasaan tidaklah cukup dalam menyelesaikan permasalahan terkait air dan sanitasi. Pemahaman aspek sosial budaya sangat membantu dalam memahami peta situasi permasalahan yang ada dan mencari alternatif solusi yang tepat.
Perkembangan Teknologi Informasi melahirkan generasi muda yang memiliki karakter yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Pola pendidikan yang dahulu dirasakan sangat tepat untuk dilakukan seiring waktu pola tersebut mulai ada gap dengan situasi dan kebutuhan saat ini. Dalam kegiatan pendidikan semakin dirasakan adanya kebutuhan untuk mencari pola pembelajaran yang tepat untuk mahasiswa. Perbaikan kurikulum, cara mengajar, maupun cara interaksi antar sivitas akademika harus terus menyesuaikan dengan perkembangan tidak hanya teknologi kerekayasaan tetapi juga pergeseran budaya dan sosial yang terjadi di Indonesia.
“Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso, tut wuri handayani“. Semoga filosofi ini selalu memberikan kekuatan dan inspirasi kepada kita untuk selalu menjadi teladan yang baik, menjaga team work yang solid, dan dapat mengoptimalkan potensi sivitas akademika dan masyarakat di sekeliling kita.
Sumber : Buku Peringatan 95 Tahun Pendidikan Tinggi di Indonesia 1920 – 2015 (Berkembang Bersama ITB)